Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

COMPACT CITY

Compact city adalah suatu konsep desain dan perencanaan perkotaan yang terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan bercampur jadi satu dalam suatu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin. Compact city pertama kali dicetuskan oleh George Dantzig dan Thomas L. Saaty yang merupakan matematikawan yang memiliki sebuah pikiran mengenai bagaimana cara untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin. Pemikiran tersebut lalu menginspirasi banyak perencana untuk membuat rencana kota yang jauh lebih efisien. Konsep compact city didasarkan kepada sistem transportasi publik yang efisien dan memiliki wajah perkotaan yang lekat dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan sepeda. Konsep ini mengusahakan agar sesedikit mungkin penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi dan menghabiskan banyak energy. Selain itu, konsep ini meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor akan berkurang. Dengan begitu kehidupan yang lebih ramah lingkungan dapat tercapai. 

Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan, wacana yang diistilahkan sebagai Kota Kompak (compact city) tampaknya telah menjadi isu paling penting dewasa ini. Perhatian besar saat ini telah memfokuskan pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan, bahwa bentuk dan kepadatan kota-kota dapat berimplikasi pada masa depan mereka.
Tidak dipungkiri bahwa gagasan Kota Kompak didominasi oleh model dasar dari pembangunan yang padat dari banyak kota-kota bersejarah di Eropa. Maka tidak mengherankan jika para penganjur paling kuat bagi Kota Kompak adalah Komunitas Eropa (Commission of the European Communities).

Kota Kompak ini memang digagas tidak sekadar untuk menghemat konsumsi energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan datang. Ada suatu hubungan yang sangat kuat antara bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi sebenarnya tidaklah sesederhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Ini seolah-olah telah dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah ”Mesti terdapat suatu ketepatan dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal, dan dengan kekompakan dan ketersediaan interaksi sosial
Namun demikian, dalam Kota Kompak ini terdapat gagasan yang kuat pada perencanaan ”urban containment”, yakni menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaaan campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed uses), mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi penggunaan transportasi publik/masal (public transport ), kenyamanan berlalu-lintas, berjalan kaki dan bersepeda adalah sering dikutip sebagai solusi.
Lebih lanjut, melalui perencanaan efisiensi penggunaan lahan, yang dikombinasikan dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat energi juga akan dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan fasilitas-fasilitas (amenities) dan secara ekonomis, serta mempertinggi keberlanjutan sosial.

Pada beberapa negara, terutama negara-negara maju, ide dasar kota kompak itu telah berhasil diusung ke dalam tingkat aplikasi pada sebuah atau beberapa kebijakan kota. Hal ini karena sifat responsif mereka terhadap isu-isu model pembangunan berkelanjutan (terutama gagasan wawasan lingkungan dalam kota kompak ini) dan rintangan mereka pada aspek kesejahteraan masyarakat kota relatif kecil. Selain itu, beberapa perencana meyakini secara tradisional kota-kota periode terdahulu, terutama di daratan Eropa, adalah bertipe kompak. 

Amerika Serikat, Eropa dengan Inggris dan Belanda sebagai pelopornya, Australia, dan Jepang adalah negara-negara yang saat ini secara intensif mengaplikasikan kebijakan kota kompak dalam perencanaan ruang kotanya. Di tataran negara berkembang sejak satu dasa warsa terakhir, diskusi kota kompak pun telah berlangsung dan dicoba diaplikasikan ke dalam perencanaan kotanya. Dhaka, Delhi, Bangkok, Teheran, Kairo, Cape Town, Hongkong, Taiwan, dan banyak kota di Amerika Latin adalah banyak kota yang dilaporkan telah mengadopsi ide kota kompak melalui gerakan kembali ke pusat kota.

Sulit untuk menerapkan konsep kota kompak secara utuh ke dalam perencanaan kota di negara berkembang karena banyaknya permasalahan yang ada. Pada umumnya di kota-kota Negara berkembang adalah sebagai berikut : 
  1. Kurangnya infrastruktur sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan ekonomi. 
  2. Meningkatnya hunian liar (sguatter
  3. Spekulasi tanah 
  4. Sulitnya urban redevelopment melalui demolisi permukiman kumuh. 
  5. Lemahnya sitem transportasi publik
  6. Kurangnya kapasitas perencanaan kota
Apabila penerapan konsep compact city dapat terlaksana dengan baik maka banyak permasalahan saat ini dapat terpecahkan, tidak hanya untuk saat ini, tapi untuk berpuluhpuluh tahun mendatang.

sumber: https://studifuturistik2013.files.wordpress.com/2013/12/compact-city-paper-15411043.pdf     http://www.radarplanologi.com/2015/12/konsep-perencanaan-compact-city-menuju-pembangunan-berkelanjutan.html



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SMART CITY

Secara harfiah, smart city dapat diartikan sebagai “kota cerdas”. Smart city adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai hal kegiatan masyarakat, terutama dalam upaya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien, serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat, hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya.
Dikutip dari laman smartcityindonesia.org, sebuah kota dikatakan Smart apabila kota tersebut benar-benar dapat mengetahui keadaan kota di dalamnya, memahami permasalahan tersebut secara lebih mendalam, hingga mampu melakukan aksi terhadap permasalahan tersebut.
Sedangkan dalam buku Pengenalan dan Pengembangan Smart City, kota cerdas didefinisikan sebagai sebuah konsep pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan
Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa hal yang dapat kita garis bawahi berkaitan dengan smart city.
  • Pertama, yaitu sebuah konsep yang diterapkan oleh sistem pemerintahan daerah dalam mengelola masyarakat perkotaan. 
  • Kedua, mensyaratkan pengelolaan daerah terhadap segala sumber daya dengan efektif dan efisien. 
  • Ketiga, smart city diharapkan mampu menjalankan fungsi penyedia informasi secara tepat kepada masyarakat dan mampu mengantisipasi kejadian yang tak terduga.
Smart city berarti kota cerdas. Saat kita mengatakan suatu kota adalah kota yang cerdas, sebenarnya adalah sebuah majas personifikasi yang mengumpakan kota seperti manusia seakan kota dapat merasakan, berpikir dan bertindak terhadap kondisi internal dan eksternal dari kota tersebut.

Aspek utama Smart City 

Pada tahun 2014, Frost & Sullivan mengidentifikasi 8 aspek utama dari penerapan smart city, yaitu smart governance, smart infrastructure, smart technology, smart mobility, smart healthcare, smart energy, smart building, dan smart citizen.

Tujuan Smart City

Tujuan utama dari diadakannya smart city antara lain untuk membentuk suatu kota yang aman dan nyaman bagi warga serta untuk memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan pelaksanaan smart city dapat dibagi menjadi 3 agenda utama, yaitu untuk menunjang kota di dalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing) dan lingkungan (kenyamanan).
Atau lebih umum dikutip dari laman United Nation, dapat dikatakan bahwa tujuan smart city adalah untuk membentuk kota yang Sustainable (ekonomi, sosial, lingkungan).

Penerapan Smart City Terbaik di Kota-kota Negara Maju di Dunia 

Hampir seluruh ibu kota dan kota besar di belahan dunia telah menerapkan program Smart City, baik di kota di negara eropa, amerika, asia, hingga afrika. 
 
The IESE Business School, sebuah sekolah penelitian di Spanyol telah memilih 20 kota pintar terbaik di dunia. Mereka menilainya melalui index yang disebut Cities in Motion Index (CIMI), dengan cara mengutus peneliti ke 135 kota di 55 negara di seluruh dunia dan mengukurnya dengan 50 indikator
 
Dan 20 kota pintar terbaik di dunia menurut Cities in Motion Index (CIMI) yaitu antara lain :
  1. Tokyo
  2. London
  3. New York
  4. Zürich
  5. Paris
  6. Geneva
  7. Basel
  8. Osaka
  9. Seoul
  10. Oslo
  11. Philadelphia
  12. Los Angeles
  13. Dallas
  14. Copenhagen
  15. Eindhoven
  16. Amsterdam
  17. Sidney
  18. Stockholm
  19. Chicago
  20. Baltimore

Bagaimana Perkembangan Smart City di Indonesia?

Dari 20 nama kota diatas tentu anda bisa melihat bahwa tidak ada satupun nama kota di Indonesia. Lalu bagaimana penerapan smart city di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan kota lainnya?
Ya, dibanding 20 negara diatas, kota-kota di Indonesia memang terlampau muda dan dapat dibilang terlambat dalam menerapkan smart city, sehingga masih jauh dari kata prestasi, apalagi dampak besar secara langsung yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
Meski begitu Pemerintah Provinsi Jakarta tengah berbenah diri dan berupaya menerapkan pelayanan pemerintahannya, khususnya berupaya menerapkan program Smart City melalui ruang Jakarta Smart City Lounge, dimana ruang tersebut merupakan command center yang mengoperasikan segala komponen TIK Smart City. Dari ruang tersebut staf Smart City melalui aplikasi yang dibuat Tim Jakarta Smart City Lounge bisa menerima pengaduan warga terkait permasalahan sosial, mulai dari banjir, kemacetan, sampah, tempat wisata, wilayah rawan kriminalitas hingga pelayanan izin dan sebagainya.
Jakarta Smart City Lounge
Jakarta Smart City Lounge
 
Sementara itu di Bandung, Pemkot Bandung dengan serius mengagendakan Bandung Smart City. Pemkot Bandung dan Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas berkomitmen menjadikan Bandung Juara, sebagai kota yang nyaman dan unggul. Melalui ruang Bandung Commad Center, terdapat 5 aspek utama yang dikedepankan antara lain partiwisata dan transportasi, pelayanan publik dan bisnis, pendidikan dan kesehatan, serta pengelolaaan pemerintah.
 
Bandung Commad Center
Bandung Commad Center
 
 
Dikutip dari bandung.go.id, Kota Bandung mewakili Indonesia terpilih masuk finalis 6 besar dunia untuk Inovasi Smart City dari World Smart City Organisation 2015 di Barcelona. Walikota Bandung, Ridwan Kamil juga pernah berucap bahwa targetnya Bandung dapat menginisiasi 1000 aplikasi untuk kepentingan publik.
 
Konsep smart city yang dimilik oleh Bandung Smar City meliputi citizen complaint online, Rapor camat/lurah oleh warga (SIP), Perizinan Online (Hay.U), monitoring program kerja Pemkot (Silakip), komunikasi aktif warga melalui akun Twitter tiap Dinas, dan masih banyak lagi rencana kedepannya.
Jakarta dan Bandung nampaknya memang yang saat ini paling sukses penerapan Smart City di Indonesia.

sumber: http://smartcity.wg.ugm.ac.id/?p=5958 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS